chaika-tm.com – Kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Jepang, Belanda, dan sekutu-sekutunya, tidak lepas dari peranan warga Indonesia. Baik secara perlakuan, atau secara ide. Kita mengenali banyak nama tokoh nasional. Semua tokoh ini memiliki peranan penting saat tentukan ke mana arah bangsa kita.

Pada artikel berikut, kita akan ulas beberapa tokoh nasional, dari ide dan perbuatannya pada sektor pendidikan. Kita akan menyaksikan berapa penting kah pendidikan saat perjuangkan kemerdekaan sebuah bangsa, membuat manusia yang berkualitas, dan tentukan arah bangsa.

Oke, yang hendak kita ulas di tempat ini ada 3 tokoh ya. Ke-3 tokoh ini memiliki watak yang hampir serupa, dan ke-3 nya sama memandang pendidikan itu penting. Nah, beberapa tokoh yang hendak kita ulas di sini yaitu

K.H Agus Salim

Ada yang asing bernama K.H. Agus Salim? Tetapi jika sama pancasila tidak asing doong? Nah beliau ini salah satunya yang merangkum 5 sila yang sampai saat ini masih berkaitan dan jadi pegangan arah bangsa kita ini.

Agus Salim ialah tokoh nasional yang memiliki background pendidikan yang bagus. Pendidikan dasarnya dilakukan di Europeesche Lagere School (ELS). ELS ialah sekolah khusus beberapa anak Eropa. Terus, Agus Salim meneruskan pendidikannya ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Karena kepandaiannya, Agus Salim sukses jadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda di tahun 1903. Wow. Kece kan.

Tetapi, prestasi dan gelarnya sebagai lulusan terbaik di HBS, tidak dapat membuat meneruskan study ke luar negeri, karena dia seorang Pribumi, tidak berdarah Eropa Murni. Peristiwa ini jadi pengalaman yang pahit untuk Agus Salim. Semenjak waktu itu, dia tidak ingin jika beberapa anaknya memiliki nasib serupa dengannya.

Karena Agus Salim merasa mampu mendidik beberapa anaknya di dalam rumah, dia tidak memasukkan beberapa anaknya ke lembaga-lembaga pendidikan penjajahan bentukan Belanda. Dari 8 anak, cuma anak paling akhir saja yakni Mansur Abdurrahman Sidik yang dimasukkan pada sekolah resmi, itu karena Mansur lahir sesudah zaman penjajahan Belanda di Indonesia usai.

Agus Salim mengaplikasikan skema belajar yang asyik dan menggembirakan namun masih tetap mendidik. Ada banyak sistem yang sudah dilakukan Agus Salim saat mendidik beberapa anaknya. Untuk kekuatan membaca, menulis, dan berhitung, sistem yang diaplikasikan beberapa cara yang rileks seakan sedang main.

Nah jika pelajaran sosial, sejarah, budaya, beberapa nilai budi pekerti, diberikannya sistem menceritakan dan obrolan-obrolan sehari-harinya. Tiap pertanyaan yang disodorkan oleh anaknya, Agus Salim selalu berusaha untuk menjawab. Anaknya dibebaskan untuk menanyakan, mengomentari, dan memiliki pendapat mengenai apapun itu. Asyik sekali kaaan.

Baca Juga : 5 Alasan Kampus Favorit di Indonesia Jadi Impian Anak Muda

Hasilnya bagaimana? Benar-benar mengagumkan gaes. Karena sejak dari kecil beberapa anak Agus Salim telah dibiasakan memakai bahasa asing, teratur membaca beberapa buku bahkan juga yang menggunakan bahasa asing, beberapa anaknya tumbuh jadi pribadi yang pintar.

Misalnya Yusuf Taufik, salah satunya anak Agus Salim ini pada usia sepuluh tahun bisa menuntaskan buku narasi Mahabarata dengan bahasa Belanda. Tidak hanya menyelesaikannya, Yusuf pintar bercerita cerita yang terdapat pada buku itu. Wow. Kamu usia sepuluh tahun ngapain saja nih?

Sistem pendidikan yang diaplikasikan oleh Agus Salim ke beberapa anaknya, memperlihatkan ke kita, jika jadi pintar itu tidak harus dari kelas. Asal kamu rajin membaca, berunding, menceritakan, dan lakukan aktivitas produktif yang lain, bukan mustahil kamu dapat kaya beberapa anaknya Agus Salim.

Oh ya gaes, ada satu peribahasa yang dulu pernah dilemparkan oleh Mohammad Roem, seorang tokoh Nasional yang bergerak bersama H. Agus Salim. Menyaksikan Agus Salim pimpin, Roem menjelaskan jika beliau ialah tokoh pimpinan yang berani sulit.

Hj. Rangkayo Rasuna Said

Mungkin beberapa antara kamu sudah tidak asing sama nama tokoh yang ini. Umumnya, nama Rasuna Said kerap dipakai sebagai nama jalan, khususnya di beberapa kota besar. Siapa Rasuna Said sebetulnya? Memang apa yang sudah dia lakukan untuk Indonesia hingga namanya didokumentasikan?

Di tanggal 14 September 1910, di Maninjau, Sumatra Barat, lahir seorang wanita. Wanita ini perlahan-lahan tumbuh jadi tokoh yang pintar, memiliki pertimbangan yang luas, dan kuat dalam pendirian. Dia ialah Hj. Rangkayo Rasuna Said. tokoh wanita yang memiliki peranan penting pada Indonesia saat perjuangkan kemerdekaan, khususnya di bagian pendidikan dan politik.

Perjuangan khusus Rasuna Said ialah kesamaan hak di antara lelaki sama perempuan, terutama pada sektor pendidikan. Wanita asli Minangkabau ini asal dari keluarga bangsawan. Keluarganya benar-benar terbuka pada pendidikan.

Sesudah menuntaskan sekolah dasar, ayahnya mengirimi Rasuna Said ke pesantren yang namanya Ar-Rasyidiyah, dan jadi santri wanita salah satu. Sesudah dari Ar-Rasyidiyah, Rasuna berpindah ke Padang Panjang dan masuk ke dalam Madrasah Diniyah Putri, sebuah Madrasah yang dibangun oleh tokoh emansipasi wanita asal Sumatera Barat, Rahmah El Yunusiyah.
Oh iya, Madrasah Diniyah Putri itu ialah sekolah khusus wanita pertama lho yang dibangun di Indonesia, persisnya di tahun 1923. Nah, rupanya pertimbangan yang dipunyai Rahmah El Yunusiyah ini membuat Rasuna Said tertarik dan memulai tertarik menceburkan diri ke ranah gerakan.

Rasuna Said selanjutnya gabung dengan Soematra Thawalib dan memulai meniti pendirian sekolah Thawalib. Sesudah sekolah Thawalib berdiri, sebagai seorang wanita yang perjuangkan hak pendidikan untuk beberapa wanita, Rasuna Said turut peran dan aktif mengajarkan di sekolah itu, bahkan juga semenjak umurnya masih terbilang muda lhoo. https://chaika-tm.com/

Perhatiannya pada pendidikan tidak hanya sampai di sana. Di tahun 1930, Soematra Thawalib melahirkan PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia). PERMI selanjutnya membangun sejumlah sekolah di Bukittinggi, salah satunya sekolah Pelatihan Putri dan sekolah Normal Pelatihan, dan Rasuna Said jadi pimpinan beberapa sekolah itu.

Semangat dan keteguhannya saat perjuangkan hak pendidikan untuk wanita, membuat Rasuna Said dikenali sebagai tokoh yang ganas dan pemberani. Dia sebelumnya pernah dipenjara oleh pemerintahan colonial Belanda karena pidatonya, dan tahukah kamu, jika Rasuna Said ialah wanita Indonesia pertama kali yang dibui karena dakwaan ajaran kedengkian. Dia dipenjara sepanjang satu tahun dua bulan.

Bila Kartini perjuangkan hak wanita untuk bebas dari pingitan dan kungkungan tradisi, Rasuna Said inginkan jika wanita harus lebih dari tersebut. Wanita Indonesia harus turut peran pikirkan ide berkebangsaan, dan turut peran dalam perjuangan kemerdekaan.

Untuk Rasuna Said, Indonesia tidak pernah dapat merdeka bila beberapa wanitanya tetap keterbelakang. Golongan wanita Indonesia wajib berpikir maju, seperti golongan pria. Waaaah luar biasa sekali ya Rasuna Said gaes. Untuk kamu beberapa wanita, mana nih suaranyaaa?

Ki Bantai Dewantara

tokoh Nasional yang ini tentunya sudah tidak asing untuk kamu-kamu gaes. Tanggal kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Mengapa? Terang karena peranan dan gagasan pikirannya mengenai pendidikan Indonesia.

tokoh ini ialah Ki Bantai Dewantara, pria yang terlahir di Yogyakarta di tanggal 2 Mei 1889, dan adalah turunan bangsawan. Semenjak kecil Ki Bantai Dewantara telah diprioritaskan untuk mengenyam pendidikan. Pertama kalinya dia bersekolah di Sekolah Dasar untuk beberapa anak Eropa dan golongan bangsawan, yakni ELS.

Sesudah dari ELS, dia meneruskan pendidikannya di STOVIA. STOVIA ialah sekolah yang dibikin untuk pendidikan dokter pribumi pada periode penjajahan Hindia-Belanda, nah lokasinya itu di kota Batavia. Sampai saat ini sekolah ini masih tetap ada lho, tetapi jika saat ini dikenalinya sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Namun Ki Bantai Dewantara tidak menuntaskan sekolahnya karena penyakit yang dia penderitaan di saat tersebut.

Ki Bantai Dewantara tertarik juga di dunia publisistik lho, dia benar-benar sukai menulis. Dia sebelumnya pernah bekerja sebagai reporter di sejumlah media massa, salah satunya Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, Sediotomo, dan Poesara. Di beberapa media itu, dia menulis dengan tajam, seringkali Ki Bantai Dewantara mengomentari pemerintahan penjajahan Belanda dan memperlihatkan sikapnya yang anti penjajahan.

Satu waktu, persisnya bulan Juli tahun 1913, bernama penulis Soewardi Soerjaningrat, dia menulis di media massa De Expres punya organisasi Indische Partij (IP). Tulisannya itu berisikan pesan yang tajam pada pemerintah penjajahan Hindia-Belanda yang dengan judul, “Als ik een Nederlander was” dengan bahasa Indonesianya “Andaikan Saya Seorang Belanda.”

Di saat itu pemerintahan penjajahan sedang ingin rayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari Perancis. Perayaannya itu diperkirakan dilaksanakan di Hindia alias Indonesia, dengan lakukan penarikan uang bantuan ke semua masyarakat Hindia-Belanda. Salah satunya bagian kalimat dalam tulisannya itu ialah

“Benar-benar, andaikan saya ini orang Belanda, karena itu saya tidak akan ingin rayakan acara pesta peringatan semacam itu di sini, pada sebuah negeri yang kita jajah. Beri dulu masyarakat yang tertindas itu kemerdekaan, baru setelah itu kita mengingati kemerdekaan kita!”

Sebuah pesan untuk buka kesadaran akan harapan kemerdekaan dari Soewardi Soerjaningrat, yang nantinya berbeda nama jadi Ki Bantai Dewantara.

Karena keberaniannya ini, Ki Bantai Dewantara membuat pemerintahan Belanda emosi, marah, dan geram. Sampai pada akhirnya dia dikucilkan ke Belanda. Sesudah kembali ke September 1919, dia lakukan lagi perlawanannya lewat tulisan-tulisannya sampai pidatonya. Yaa pada akhirannya, Ki Bantai Dewantara bolak-balik masuk penjara.

Nah, sebetulnya dia belum jera gaes. Tetapi, sejak istrinya mengindap penyakit, Ki Bantai mulai konsentrasi untuk kesembuhan istrinya. Sesudah istrinya pulih, dia mulai pikirkan langkah lain untuk menantang Belanda, dan langkah yang diputuskan ialah lajur Pendidikan.

Pas di tanggal 3 Juli 1922, Ki Bantai membangun Lembaha Pendidikan Nasional Taman Pelajar. Sekolah ini dibangun khusus untuk masyarakat pribumi. Ki Bantai sadar jika pendidikan ialah senjata yang paling tajam untuk lakukan perlawanan pada penjajahan.

Saat masyarakat pribumi tumbuh pintar, memiliki pengetahuan luas, pemerintahan Belanda tak lagi dapat membodoh-bodohi, dan masyarakat juga akan gampang didorong untuk lakukan perlawanan dan merdeka. Taman Pelajar ini betul-betul mandiri, Ki Bantai tidak sudi terima bantuan dari pemerintahan penjajahan Belanda.

Nah gaes, karena itu tanggal lahir Ki Bantai Dewantara jadi peringatan Hari Pendidikan Nasional. Semua itu karena gagasan, ide, dan perjuangannya menantang penjajah dengan pendidikan. Saat ini kamu semakin yakin kan jika pendidikan itu wajib, jika pengetahuan ialah senjata yang tajam.